Masyarakat Tanimbar Harus Peduli HIV-AIDS
Pada
Thursday, November 30, 2017
Edit
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), dr.Edwin Tomasoa mengajak agar semua pihak dapat peduli dengan ancaman virus penyerang kekebalan tubuh atau Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan sindrom yang diterima dari penurunan kekebalan tubuh atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang mulai marak di kabupaten ini.
“Kita harus lebih waspada, sebab kasus HIV-AIDS di MTB terus naik dari tahun ke tahun. Kalau dulu awal-awal itu, mulai diketemukan HIV pada kelompok-kelompok beresiko tinggi, seperti mereka yang bekerja di karaoke. Belakangan ini kasusnya sudah menjalar ke masyarakat, seperti ibu rumah tangga dan anak sekolah, malah ada anak-anak juga sudah ada yang kena virus ini,” ujar dia kepada Lelemuku.com, saat ditemui diruang kerjanya pada Rabu (29/11).
Selanjutnya ia katakan, kasus HIV-AIDS tidak lagi berada di kota, tetapi menjalar hingga ke desa.
“Kasus yang meningkat ini tidak lagi berpusat pada Saumlaki dan Larat, karena dua tempat ini yang kami rajin ambil sampel darah untuk pemeriksaan. Sekarang ini kami sudah temukan kasusnya di kampung-kampung dan jumlahnya tambah naik dari tahun ke tahun,” papar Kadinkes.
Dari laporan, ia menyebut kasus HIV-AIDS pada tahun 2015 hingga September 2017 ini ditemukan 55 kasus yang didapat tidak hanya dari proses pemeriksaan di lokasi-lokasi tertentu, tapi juga dari hasil pemeriksaan di puskesmas dan rumah sakit.
“Ada yang datang ke rumah sakit dengan penyakit lain, namun karena tidak sembuh penyakitnya. Kami periksa lengkap darahnya, ternyata positif HIV dan itu biasanya sudah sampai ke AIDS,” papar dia.
Ia menegaskan, pihaknya saat ini telah menyediakan fasilitas pengobatan pengidap HIV-AIDS, sehingga jika ada warga MTB yang ingin memeriksa kesehatannya terkait HIV-AIDS dapat langsung ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. P.P Magretti secara gratis dan tidak perlu lagi dirujuk ke Ambon.
“Kalau mereka yang sudah diketahui mengidap virus HIV, kami tetap anjurkan untuk ikut pengobatan rawat jalan. Kalau dulunya proses pengobatan awalnya harus ke Ambon, sekarang sudah tidak lagi. Mereka bisa mendapat pengobatan di RSUD dan selanjutnya mereka minum obat sendiri.,” ujar dia.
Ia menegaskan bahwa ancaman HIV-AIDS bukanlah hal yang harus ditakuti, namun haruslah diwaspadai dan dicegah sedini mungkin sehingga perkembangannya tidak terlalu merisaukan. Sebab hal ini sangat merugikan semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung menderita virus tersebut.
“Kita berusaha setiap saat gencar untuk sosialisasi lewat berbagai media, apakah itu penyuluhan langsung kelompok dan juga pada anak-anak sekolah yang saat ini beresiko tinggi. Supaya pencegahannya dapat diketahui dan tidak sampai kena dan tertular. Sebab kalau sekali tertular, pengidap harus minum obat seumur hidup,” tutur dia.
Selanjutnya ia mengimbau agar semua pihak dapat terus menjaga diri dan lingkungan sekitar dari ancaman HIV-AIDS yang secara kasat mata sudah ada dimana-mana.
“Prinsipnya kita harus gencar kearah pencegahan, setiap orang mengawasi dirinya, mengawasi keluarganya dan punya tanggung jawab dikelompok-kelompok kecil untuk bersama-sama mengawasi agar tidak adal warganya yang sampai tertular,” papar dia.
“Bagi yang masih belum paham, boleh datang ke Dinas Kesehatan, RSUD dan Puskesmas dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi dan sosialisasi. Kami siap saja memberikannya tanpa diminta bayar,” ajak dia. (Laura Sobuber)
“Kita harus lebih waspada, sebab kasus HIV-AIDS di MTB terus naik dari tahun ke tahun. Kalau dulu awal-awal itu, mulai diketemukan HIV pada kelompok-kelompok beresiko tinggi, seperti mereka yang bekerja di karaoke. Belakangan ini kasusnya sudah menjalar ke masyarakat, seperti ibu rumah tangga dan anak sekolah, malah ada anak-anak juga sudah ada yang kena virus ini,” ujar dia kepada Lelemuku.com, saat ditemui diruang kerjanya pada Rabu (29/11).
Selanjutnya ia katakan, kasus HIV-AIDS tidak lagi berada di kota, tetapi menjalar hingga ke desa.
“Kasus yang meningkat ini tidak lagi berpusat pada Saumlaki dan Larat, karena dua tempat ini yang kami rajin ambil sampel darah untuk pemeriksaan. Sekarang ini kami sudah temukan kasusnya di kampung-kampung dan jumlahnya tambah naik dari tahun ke tahun,” papar Kadinkes.
Dari laporan, ia menyebut kasus HIV-AIDS pada tahun 2015 hingga September 2017 ini ditemukan 55 kasus yang didapat tidak hanya dari proses pemeriksaan di lokasi-lokasi tertentu, tapi juga dari hasil pemeriksaan di puskesmas dan rumah sakit.
“Ada yang datang ke rumah sakit dengan penyakit lain, namun karena tidak sembuh penyakitnya. Kami periksa lengkap darahnya, ternyata positif HIV dan itu biasanya sudah sampai ke AIDS,” papar dia.
Ia menegaskan, pihaknya saat ini telah menyediakan fasilitas pengobatan pengidap HIV-AIDS, sehingga jika ada warga MTB yang ingin memeriksa kesehatannya terkait HIV-AIDS dapat langsung ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. P.P Magretti secara gratis dan tidak perlu lagi dirujuk ke Ambon.
“Kalau mereka yang sudah diketahui mengidap virus HIV, kami tetap anjurkan untuk ikut pengobatan rawat jalan. Kalau dulunya proses pengobatan awalnya harus ke Ambon, sekarang sudah tidak lagi. Mereka bisa mendapat pengobatan di RSUD dan selanjutnya mereka minum obat sendiri.,” ujar dia.
Ia menegaskan bahwa ancaman HIV-AIDS bukanlah hal yang harus ditakuti, namun haruslah diwaspadai dan dicegah sedini mungkin sehingga perkembangannya tidak terlalu merisaukan. Sebab hal ini sangat merugikan semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung menderita virus tersebut.
“Kita berusaha setiap saat gencar untuk sosialisasi lewat berbagai media, apakah itu penyuluhan langsung kelompok dan juga pada anak-anak sekolah yang saat ini beresiko tinggi. Supaya pencegahannya dapat diketahui dan tidak sampai kena dan tertular. Sebab kalau sekali tertular, pengidap harus minum obat seumur hidup,” tutur dia.
Selanjutnya ia mengimbau agar semua pihak dapat terus menjaga diri dan lingkungan sekitar dari ancaman HIV-AIDS yang secara kasat mata sudah ada dimana-mana.
“Prinsipnya kita harus gencar kearah pencegahan, setiap orang mengawasi dirinya, mengawasi keluarganya dan punya tanggung jawab dikelompok-kelompok kecil untuk bersama-sama mengawasi agar tidak adal warganya yang sampai tertular,” papar dia.
“Bagi yang masih belum paham, boleh datang ke Dinas Kesehatan, RSUD dan Puskesmas dan tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi dan sosialisasi. Kami siap saja memberikannya tanpa diminta bayar,” ajak dia. (Laura Sobuber)