Pulau Akat di Tutuktolu Jadi Tujuan Wisata di Seram Bagian Timur
Pada
Tuesday, May 22, 2018
Edit
BULA, LELEMUKU.COM - Melepaskan kepenatan di pantai sambil menghirup aroma angin laut yang segar, pastinya merupakan sesuatu hal yang menyenangkan. Berjemur di pasir putih, berenang sambil menyelami keindahan surga bawah laut, bagi kebanyakan orang tentunya merupakan sensasi wisata yang menarik. Salah satu objek wisata bahari yang menawarkan sensasi seperti itu adalah Pulau Akat di Kecamatan Tutuktolu Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Provinsi Maluku.
Pulau Akat adalah satu-satunya pulau kecil yang menyembul di perairan Tutuktolu, tak jauh dari wilayah pesisir. Kendati tidak dihuni, pulau kecil seluas tiga kali lapangan sepakbola ini didominasi tanaman kelapa yang ditanam masyarakat pesisir. Pulau yang berhadapan dengan pelabuhan alam peninggalan Belanda yang dialihfungsikan menjadi dermaga ini, menjadi tempat persinggahan nelayan sepulang dari melaut.
Bagi masyarakat Tutuktolu, Pulau Akat adalah pulau harapan. Pulau ini diberi nama Akat karena disuksesi oleh populasi tanaman mangrove jenis Avecinia sp yang akarnya mencuat dari lumpur pasir. Karena dihuni komunitas hutan mangroveyang padat dan rapat, sumber daya ikan yang terdapat di sekitar perairan ini sangat berlimpah dan beragam. Pasirnya yang berwarna putih halus, menyajikan panorama wisata bahari yang mempesona.
Azis Alzubaidy adalah warga Kampung Danama yang kepincut dengan keindahan Pulau Akat. Kendati saat ini, aktivitasnya lebih banyak dihabiskan di luar daerah, kerinduannya terhadap panorama alam yang tersaji di pulau matahari terbit ini tak pernah dilupakan. Dulu waktu masih duduk di bangku SMP, Azis Alzubaidy memang sering diajak sang paman menjaring ikan di sekitar perairan Pulau Akat sehingga kerinduannya terhadap pulau tersebut takan pernah tergantikan.
Menurut Azis, Pulau Akat memiliki keindahan alam yang indah. Profil pantainya yang berpasir putih halus dan dikelilingi terumbu karang indah, sangat cocok untuk kegiatan snorkeling maupun diving. Di pulau ini terdapat banyak pepohonan kelapa yang ditanam masyarakat, termasuk Pala. Populasi tanaman mangrove jenis Aveccinia terkonsentrasi di bagian pesisir yang menghadap laut lepas.
“Pulau Akat juga memiliki keindahan bawah laut yang masih alami. Terumbu karangnya masih utuh sehingga cocok untuk aktivitas diving, snorkeling atau memancing ikan-ikan karang. Di sini kita bisa menikmati keindahan matahari terbit yang muncul dari kaki langit,” ungkap Azis Alzubaidy kepada RRI di Bula, Rabu (9/11).
Menurutnya, berdasarkan cerita orang tetua, pulau kecil ini disebut Pulau Akat karena pulau tersebut disuksesi populasi tanaman mangrove yang dalam bahasa tanah atau bahasa adat Seram Timur disebut Akat. Jenis tanaman pantai ini, umum ditemukan dalam jumlah besar di wilayah pesisir Tutuktolu.
“Sejak dulu masyarakat di kampung-kampung pesisir Tutuktolu telah melakukan aktivitas berkebun di pulau itu. Kampung-kampung itu antara lain, Kilbat, Sesar, Air Kasar dan Waras Waras. Selain berkebun, para nelayan setiap hari melakukan aktivitas pancing di sana karena menurut mereka sumber daya ikan di perairan sekitar Pulau Akat sangat banyak dan beragam,” ujar Azis.
Saat ini, kata Azis, beberapa sarana prasarana wisata sudah dibangun di Pulau Akat, diantaranya walang atau gazebo dan jembatan kayu berukuran kecil. Sarana prasarana ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Timur.Meski demikian, minta masyarakat untuk datang berkunjung ke pulau ini masih sedikit akibat ketiadaan sarana transportasi.
Menurut Azis Alzubaidy, potensi perikanan dan pariwisata di Kabupaten Seram Bagian Timur sangat menjanjikan kesejahteraan masyarakat pesisir. Sayangnya, potensi ini belum dilirik pemerintah daerah sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Alih-alih membangun infrastruktur wisata, pemerintah daerah justru terkesan menelantarkan objek-objek wisata yang tersebar di hampir semua wilayah pesisir.
“Kita memiliki tempat-tempat indah yang banyak, beragam spesies ikan yang melimpah. Namun hingga saat ini tidak dapatdikelola dengan baik. Jika saja pemerintah daerah dan dinas terkait serius untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber kekayaan yang kita miliki maka negeri ini akan jauh lebih baik dan mampu berdiri sejajar dengan daerah-daerah lainnya di Maluku,” ujar Azis
Wisata mangrove Pulau Akat di Kecamatan Tutuktolu sejatinya harus proyeksikan sebagai pintu masuk menuju objek wisata pulau-pulau kecil yang berserakan di perairan Seram Timur, Gorom dan Wakate. Posisinya yang berdekatan dengan BandarUdara Buak Uriti Kufar dan Dermaga Air Kasar, sangat potensial untuk dijadikan sebagai daerah transit turis menuju Pulau Geser, Neiden, Nukus, Koon dan Gorom – Wakate.
Tinggal sekarang menunggu itikad baik pemerintah daerah membangun infrasruktur wisata atau membiarkannnya terlantar tanpa sentuhan apa pun. Yang pasti, wisata mangrove Pulau Akat dan pulau-pulau kecil di semenanjung Seram Timur menyajikan eko turisme yang berbeda dan menyegarkan sehingga patut dikunjungi. (DiskominfoSBT)
Pulau Akat adalah satu-satunya pulau kecil yang menyembul di perairan Tutuktolu, tak jauh dari wilayah pesisir. Kendati tidak dihuni, pulau kecil seluas tiga kali lapangan sepakbola ini didominasi tanaman kelapa yang ditanam masyarakat pesisir. Pulau yang berhadapan dengan pelabuhan alam peninggalan Belanda yang dialihfungsikan menjadi dermaga ini, menjadi tempat persinggahan nelayan sepulang dari melaut.
Bagi masyarakat Tutuktolu, Pulau Akat adalah pulau harapan. Pulau ini diberi nama Akat karena disuksesi oleh populasi tanaman mangrove jenis Avecinia sp yang akarnya mencuat dari lumpur pasir. Karena dihuni komunitas hutan mangroveyang padat dan rapat, sumber daya ikan yang terdapat di sekitar perairan ini sangat berlimpah dan beragam. Pasirnya yang berwarna putih halus, menyajikan panorama wisata bahari yang mempesona.
Azis Alzubaidy adalah warga Kampung Danama yang kepincut dengan keindahan Pulau Akat. Kendati saat ini, aktivitasnya lebih banyak dihabiskan di luar daerah, kerinduannya terhadap panorama alam yang tersaji di pulau matahari terbit ini tak pernah dilupakan. Dulu waktu masih duduk di bangku SMP, Azis Alzubaidy memang sering diajak sang paman menjaring ikan di sekitar perairan Pulau Akat sehingga kerinduannya terhadap pulau tersebut takan pernah tergantikan.
Menurut Azis, Pulau Akat memiliki keindahan alam yang indah. Profil pantainya yang berpasir putih halus dan dikelilingi terumbu karang indah, sangat cocok untuk kegiatan snorkeling maupun diving. Di pulau ini terdapat banyak pepohonan kelapa yang ditanam masyarakat, termasuk Pala. Populasi tanaman mangrove jenis Aveccinia terkonsentrasi di bagian pesisir yang menghadap laut lepas.
“Pulau Akat juga memiliki keindahan bawah laut yang masih alami. Terumbu karangnya masih utuh sehingga cocok untuk aktivitas diving, snorkeling atau memancing ikan-ikan karang. Di sini kita bisa menikmati keindahan matahari terbit yang muncul dari kaki langit,” ungkap Azis Alzubaidy kepada RRI di Bula, Rabu (9/11).
Menurutnya, berdasarkan cerita orang tetua, pulau kecil ini disebut Pulau Akat karena pulau tersebut disuksesi populasi tanaman mangrove yang dalam bahasa tanah atau bahasa adat Seram Timur disebut Akat. Jenis tanaman pantai ini, umum ditemukan dalam jumlah besar di wilayah pesisir Tutuktolu.
“Sejak dulu masyarakat di kampung-kampung pesisir Tutuktolu telah melakukan aktivitas berkebun di pulau itu. Kampung-kampung itu antara lain, Kilbat, Sesar, Air Kasar dan Waras Waras. Selain berkebun, para nelayan setiap hari melakukan aktivitas pancing di sana karena menurut mereka sumber daya ikan di perairan sekitar Pulau Akat sangat banyak dan beragam,” ujar Azis.
Saat ini, kata Azis, beberapa sarana prasarana wisata sudah dibangun di Pulau Akat, diantaranya walang atau gazebo dan jembatan kayu berukuran kecil. Sarana prasarana ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Timur.Meski demikian, minta masyarakat untuk datang berkunjung ke pulau ini masih sedikit akibat ketiadaan sarana transportasi.
Menurut Azis Alzubaidy, potensi perikanan dan pariwisata di Kabupaten Seram Bagian Timur sangat menjanjikan kesejahteraan masyarakat pesisir. Sayangnya, potensi ini belum dilirik pemerintah daerah sebagai sektor unggulan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Alih-alih membangun infrastruktur wisata, pemerintah daerah justru terkesan menelantarkan objek-objek wisata yang tersebar di hampir semua wilayah pesisir.
“Kita memiliki tempat-tempat indah yang banyak, beragam spesies ikan yang melimpah. Namun hingga saat ini tidak dapatdikelola dengan baik. Jika saja pemerintah daerah dan dinas terkait serius untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber kekayaan yang kita miliki maka negeri ini akan jauh lebih baik dan mampu berdiri sejajar dengan daerah-daerah lainnya di Maluku,” ujar Azis
Wisata mangrove Pulau Akat di Kecamatan Tutuktolu sejatinya harus proyeksikan sebagai pintu masuk menuju objek wisata pulau-pulau kecil yang berserakan di perairan Seram Timur, Gorom dan Wakate. Posisinya yang berdekatan dengan BandarUdara Buak Uriti Kufar dan Dermaga Air Kasar, sangat potensial untuk dijadikan sebagai daerah transit turis menuju Pulau Geser, Neiden, Nukus, Koon dan Gorom – Wakate.
Tinggal sekarang menunggu itikad baik pemerintah daerah membangun infrasruktur wisata atau membiarkannnya terlantar tanpa sentuhan apa pun. Yang pasti, wisata mangrove Pulau Akat dan pulau-pulau kecil di semenanjung Seram Timur menyajikan eko turisme yang berbeda dan menyegarkan sehingga patut dikunjungi. (DiskominfoSBT)