Yayasan Sor Silai Gelar Pelatihan Bagi Perempuan Adat di Arui Das
Pada
Saturday, October 13, 2018
Edit
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM - Yayasan Sor Silai, Anggota Jaringan Baileo Maluku di Saumlaki menggelar pelatihan keterampilan pengelolaan hasil hutan non-kayu bagi perempuan adat di Desa Arui Das, Kecamatan Wertamrian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Provinsi Maluku.
Pelatihan yang digelar di Balai Desa Arui Das tersebut dilaksanakan selama tiga hari yakni semenjak hari Jumat (5/10) hingga Minggu (7/10) serta akan dilanjutkan dalam beberapa hari mendatang ini menggandeng dua pelatih yang telah berpengalaman dalam melatih perempuan adat di sejumlah desa yakni Marselina Rahankey dan Felisianus Futunanembun.
Menurut Ketua Yayasan Sor Silai, Simon Lolonlun tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan produktivitas melalui peningkatan peran serta dan pengelolaan sumber daya alam non kayu oleh perempuan adat.
“Penguatan kapasitas perempuan adat ini sebagai bagian dari penyiapan masyarakat khususnya perempuan adat untuk terampil mengelola hasil hutan non kayu, dimana kegiatan ini merupakan tahap awal program kami di desa Arui Das,” kata dia.
Dikatakan, pelatihan tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan dalam program penguatan kapasitas masyarakat adat Desa Arui Das untuk memastikan pengelolaan hutan alam yang berkelanjutan.
Program pelatihan bagi perempuan adat ini dilaksanakan sebagai bentuk keberpihakan terhadap perempuan adat yang belum memaksimalkan pengelolaan hasil hutan non kayu untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga.
“Kami melatih para ibu agar terampil memanfaatkan lidi dari daun kelapa untuk pembuatan piring, dengan bahan dasar kream (Kreme yang merupakan salah satu jenis tanaman yang menjalar) menyerupai rotan untuk anyaman tudung hias, serta anyaman tas dari bahan dasar daun pandan,” katanya.
Selain untuk meningkatkan pemahaman serta peningkatan ekonomi rumah tangga, program ini digunakan juga sebagai bentuk kampanye untuk menekan terjadinya pengrusakan hutan akibat penebangan kayu untuk kebutuhan bisnis maupun peningkatan ekonomi rumah tangga.
Lolonlun menyatakan ada banyak cara untuk menghasilkan uang dari pengelolaan kayu, namun ada pula banyak manfaat dari hasil hutan non kayu yang bernilai ekonomis jika telah diolah sesuai peruntukannya.
Untuk itu pelatihan ini diharapkan mampu menggerakan potensi perempuan adat untuk mampu mengelolah hasil hutan non kayu sehingga menambah sumber pemasukan bagi keluarga yang selama ini hanya menggantungkan kebutuhan keluarga dari bercocok tanam.
Selanjutnya hal ini juga turut menjaga kelestarian hutan alam dan berkontribusi pada penurunan emisi Gas Rumah Kaca karena pohon tidak ditebang.
“Selain melatih 50 orang perempuan adat di desa itu, kami mengajak Pemerintah Desa untuk membentuk kelompok pengrajin dan terus diberdayakan sehingga nantinya kelompok pengrajin ini tetap produktif. Sementara kami juga akan bersama-sama mencari pasar yang tepat untuk menjual hasil produksi dari para pengrajin,” tandasnya. (YSS)