Energy World Corporation Bukan Konsultan Blok Masela
Pada
Friday, February 8, 2019
Edit
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memastikan Energy World Corporation Limited bukan konsultan Blok Masela. Mereka hanya dimintai data mengenai proyek gas alam cair (LNG) sebagai perbandingan.
Menurut Arcandra tidak ada penunjukan Energy World untuk menjadi konsultan proyek Lapangan Abadi yang berada di Laut Arafura tersebut. “Siapa yang menunjuk dia. Tidak ada,” ujar dia di Jakarta, Kamis (7/2).
Yang terjadi sesungguhnya adalah Kementerian ESDM meminta masukan dan tanggapan dari Energy World selaku kontraktor yang juga membuat proyek gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Mereka membangun proyek LNG Sengkang di Sulawesi Selatan.
Dengan pertimbangan pengalaman itu, Arcandra ingin mengetahui secara pasti nilai dan biaya membangun proyek LNG. “Dia juga punya data-data di Amerika Serikat dan dimana-mana. Kami tanya berapa cost-nya, boleh kan,” ujar dia.
Mengacu website resminya, EWC memang memiliki beberapa proyek di Filipina, Indonesia dan Australia. Di Indonesia, Energy World memiliki kilang LNG berkapasitas 2 mtpa.
Selain itu ada Blok Sengkang yang baru mendapat perpanjangan 20 tahun terhitung 24 Oktober 2022 nanti. Produksi Blok Sengkang saat ini hanya 33 MMscfd, di bawah target 2018 yang bisa 42,25 MMscfd. Gas tersebut dipasok ke pembangkit miliknya berkapasitas 135 Megawatt.
Sementara itu, Blok Masela hingga kini belum juga berproduksi. Proyek Strategis Nasional ini masih dalam tahap penyusunan proposal pengembangan (Plan of Development/PoD), setelah merampungkan kajian desain awal (Pre-FEED) Oktober 2018 lalu.
PoD Blok Masela sebenarnya telah disetujui pemerintah pada Desember 2010, yaitu 12 tahun setelah kontrak pengelolaan blok tersebut diperoleh Inpex Masela tahun 1998. Dalam PoD itu, Blok Masela dijadwalkan mulai berproduksi (on stream) tahun 2018 dengan volume produksi 355 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) dan produksi kondensat sebanyak 8.400 barel per hari (bph).
Namun belakangan proyek Masela diubah menjadi skema darat setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan konsep proyek anyar itu pada maret 2016. Keputusan ini berbeda dengan usulan Inpex yang menginginkan skema pengolahan di laut (FLNG). Alhasil Inpex mengubah lagi skema proyek tersebut.
Dengan skema darat, pemerintah menaksir proyek Masela baru bisa beroperasi 2027. Namun belakangan Dwi Soetjipto usai dilantik menjadi Kepala SKK Migas beberapa waktu lalu menargetkan proyek ini bisa beroperasi lebih cepat yakni 2025. (KataData)
Menurut Arcandra tidak ada penunjukan Energy World untuk menjadi konsultan proyek Lapangan Abadi yang berada di Laut Arafura tersebut. “Siapa yang menunjuk dia. Tidak ada,” ujar dia di Jakarta, Kamis (7/2).
Yang terjadi sesungguhnya adalah Kementerian ESDM meminta masukan dan tanggapan dari Energy World selaku kontraktor yang juga membuat proyek gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Mereka membangun proyek LNG Sengkang di Sulawesi Selatan.
Dengan pertimbangan pengalaman itu, Arcandra ingin mengetahui secara pasti nilai dan biaya membangun proyek LNG. “Dia juga punya data-data di Amerika Serikat dan dimana-mana. Kami tanya berapa cost-nya, boleh kan,” ujar dia.
Mengacu website resminya, EWC memang memiliki beberapa proyek di Filipina, Indonesia dan Australia. Di Indonesia, Energy World memiliki kilang LNG berkapasitas 2 mtpa.
Selain itu ada Blok Sengkang yang baru mendapat perpanjangan 20 tahun terhitung 24 Oktober 2022 nanti. Produksi Blok Sengkang saat ini hanya 33 MMscfd, di bawah target 2018 yang bisa 42,25 MMscfd. Gas tersebut dipasok ke pembangkit miliknya berkapasitas 135 Megawatt.
Sementara itu, Blok Masela hingga kini belum juga berproduksi. Proyek Strategis Nasional ini masih dalam tahap penyusunan proposal pengembangan (Plan of Development/PoD), setelah merampungkan kajian desain awal (Pre-FEED) Oktober 2018 lalu.
PoD Blok Masela sebenarnya telah disetujui pemerintah pada Desember 2010, yaitu 12 tahun setelah kontrak pengelolaan blok tersebut diperoleh Inpex Masela tahun 1998. Dalam PoD itu, Blok Masela dijadwalkan mulai berproduksi (on stream) tahun 2018 dengan volume produksi 355 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) dan produksi kondensat sebanyak 8.400 barel per hari (bph).
Namun belakangan proyek Masela diubah menjadi skema darat setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan konsep proyek anyar itu pada maret 2016. Keputusan ini berbeda dengan usulan Inpex yang menginginkan skema pengolahan di laut (FLNG). Alhasil Inpex mengubah lagi skema proyek tersebut.
Dengan skema darat, pemerintah menaksir proyek Masela baru bisa beroperasi 2027. Namun belakangan Dwi Soetjipto usai dilantik menjadi Kepala SKK Migas beberapa waktu lalu menargetkan proyek ini bisa beroperasi lebih cepat yakni 2025. (KataData)