Pembiaran Serangan ke KPK Memancing Aksi Kekerasan Lain
Pada
Thursday, February 7, 2019
Edit

Baca Juga
Ketika ditanya mengapa Pemda Papua mengadakan rapat di Jakarta, Tjahjo menyatakan bahwa pejabat Papua memang lebih sering datang ke Jakarta dalam rapat evaluasi. Bukan sebaliknya, pejabat Kemendagri yang datang ke Papua. Dalam rapat, dibicarakan mengenai evaluasi anggaran Pemda Papua. Para pejabat dari MRP dan DPRD Papua turut hadir di Jakarta.
“Kami juga menegur keras kenapa rapat kok sampai di hotel. Tapi karena diundang, ya okelah,” lanjut Tjahjo.
Juru bicara KPK, Febri Diansyah kepada media menyatakan, lembaga itu akan mendampingi stafnya dalam proses lebih lanjut. Staf KPK sendiri telah menjalani perawatan akibat tindak kekerasan itu. Di sisi lain, Pemda Papua juga melaporkan balik staf KPK dengan delik pencemaran nama baik.
“KPK memastikan akan memberikan dukungan penuh, termasuk pendampingan hukum terhadap pegawai KPK yang diserang saat menjalankan tugasnya. Karena yang bersangkutan melakukan kegiatan berdasarkan penugasan resmi KPK,” kata Febri kepada media.
Pengawasan kegiatan Pemda merupakan bagian dari upaya pencegahan korupsi. Apalagi Papua memperoleh perhatian khusus, dengan harapan pembangunan di sana dapat dirasakan manfaatnya secara maksimal. Jika ada upaya penyalahgunaan anggaran, di manapun itu, maka KPK akan menindaknya dengan tegas.
Sementara itu, Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat Korupsi) UGM, Yogyakarta, menilai serangan kepada KPK telah berubah bentuk. Dulu, KPK diserang melalui upaya mengurangi kewenangan dan pengajuan hak angket di DPR. Kini, serangan banyak dilakukan secara fisik.
Pukat UGM mencatat sejumlah kasus menonjol. Di antaranya adalah penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, teror penabrakan kendaraan pegawai KPK, perusakan kendaraan, juga perampasan perlengkapan penyidik. Kasus perampasan tas berisi laptop dialami salah seorang penyidik KPK, Surya Tarmiani, ketika selesai melakukan pemeriksaan perkara. Yang tidak boleh dilupakan adalah pelemparan bom molotov di rumah Ketua KPK Agus Raharja dan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif belum lama ini.
Zaenur Rohman, peneliti Pukat UGM mengatakan, dari kasus-kasus itu, sejauh ini tidak ada satupun yang berhasil dituntaskan oleh polisi.
“Karena kasus-kasus sebelumnya tidak bisa dituntaskan, maka kami juga pesimistis, kasus penganiayaan penyelidik ini juga akan dituntaskan dalam waktu dekat. Mengapa pesimisme ini muncul, karena kasus-kasus terdahulu tidak tuntas. Teror bom di Indonesia, hampir semua bisa diungkap polisi. Tetapi teror bom di rumah pimpinan KPK ini belum ada titik terang. Ini menimbulkan pesimisme,” jelasZaenur Rohman.
Menurut Zaenur, kasus terakhir di Hotel Borobudur seharusnya mudah ditelusuri. Ada banyak pihak yang melihat aksi tersebut. Di samping itu, hotel pasti memiliki CCTV yang merekam rangkaian kejadian secara lengkap.
Jika tidak diusut dengan baik, kasus ini akan mengakibatkan impunitas. “Sangat berbahaya bagi pemberantasan korupsi, karena akan mendorong pihak yang berurusan dengan KPK dalam kasus korupsi, untuk menggunakan kekerasan. Dengan mudah mereka bisa melalukan penyerangan fisik. Tidak ada rasa takut karena selama ini serangan terhadap KPK tidak ada yang diungkap tuntas,” pungkas Zaenur. (VOA)