Brenton Tarrant, Pelaku Penyerangan Masjid di Chrischurch Penganut Paham Ekofasis
Pada
Friday, March 15, 2019
Edit
WELLINGTON, LELEMUKU.COM - Brenton Tarrant (28) warga Grafton, New South Wales, Australia yang menjadi otak penyerangan di 2 masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3) siang merupakan penganut paham eko-fasis atau kelompok fasis yang mendukung gerakan melindungi lingkungan hidup dan komunitasnya dan menentang kelompok lain yang dinilai mengancam masyarakat ideal yang mereka impikan.
Paham ini terungkap dari tweet Wikileaks usai mengunggah manifesto online sebanyak 74 lembar yang berjudul "The Great Replacement" mengemukakan alasan mereka melakukan penyerangan.
Paham anti-agama ini merupakan cara pandang kelompok sekuler konservatif yang menilai orang lain sebagai ancaman merusak alam sekitar dan komunitas mereka dan harus diserang sebelum mereka yang dikalahkan.
"Dalam manifesto mereka terduga pembunuh mendeskripsikan dirinya sebagai seorang eko-fasis. Secara ideologi mirip dengan Sir Oswald Mosley dan terinspirasi dari manifesto Anders Brevik di Norwegia," tulis Wikileaks dalam tweet mereka.
Brenton Tarrant sendiri dalam manifestonya menyatakan bahwa dia bukan anti Islam, tapi dirinya seorang etno-nationalis seperti China dan warga Eropa yang ingin mempertahankan tradisi dan budayanya dari ancaman imigran. Hal ini diungkapkan sebab dia ingin melindungi daerahnya dari serangan migran ke Australia dan Selandia Baru yang semakin meningkat.
"Muslim yang tinggal di negara saya tidak saya benci, tapi saya benci mereka (migran) yang mengambil tanah dan menginvasi lahan, serta mencoba mengganti kami. Saya tidak membenci orang asing sebab saya sering keluar negeri," ujar dia.
Sementara alasannya menyerang masjid di Selandia Baru karena daerah itu merupakan lokasi tepat untuk mendeklarasikan aksi terornya itu, setelah dirinya menemukan adanya alih fungsi gedung gereja menjadi masjid yang dinilai sebagai 'invasi kepada budaya barat'.
"Serangan di Selandia Baru dapat memberikan perhatian dari seluruh dunia tentang adanya serangan peradaban didaerah itu. Sebab tidak ada tempat didunia ini yang aman dari serangan imigran. Saya berencana menyerang masjid di Christchurch dan Linwood setelah melihat gereja yang diubah menjadi masjid di Ashburton," ujar dia.
Atas alasan itu ia kemudian melakukan serangan ke 3 masjid diantarnaya Christchurch, Linwood dan terakhir di Ashburton.
40 Tewas, 20 Terluka
Akibat dari serangan ini sekitar 40 orang menjadi korban serangan. 20 lebih orang dilaporkan terluka parah.
"30 korban meninggal di Masjid Al Noor di pusat kota Christchurch. Tujuh lainnya meninggal di dalam Masjid Linwood, tiga lainnya meninggal dihalaman masjid," ujar Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dalam konferensi persnya.
Ia menyatakan pihak keamanan masih melakukan pengembangan dari peristiwa ini dan berharap agar semua pihak dapat bekerja sama menghadapi peristiwa memilukan ini.
"Saya berharap kita semua dapat bekerja sama di hari-hari kelam di New Zealand ini," harap dia.
Sebelumnya Kepolisian Selandia Baru menyatakan telah menangkap 4 orang terduga pelaku, 3 pria dan 1 wanita. Mereka diduga telah melakukan penyerangan mematikan Masjid Al Noor di Hagley Park dan Masjid Linwood.
Beberapa bahan peledak juga ditemukan pada kendaraan di jalan Deans dan jalan Strickland, Kota Christchurch usai penembakan yang membunuh hampir 50 orang itu.
Polisi menyatakan ada kemungkinan penyerangan ini dilakukan oleh lebih dari empat orang yang menyerang secara bersamaan. Sekitar 27 orang dilaporkan meninggal dunia akibat terror di dua rumah ibadah tersebut.
"Kami belum bisa pastikan para pelaku lainnya, setelah kami menangkap empat orang pelaku ini," ujar kepala kepolisian Selandia Baru, Mike Bush kepada AP.
Pasca penyerangan polisi menangkap Tarrant yang akan melarikan diri. Ia ditangkap setelah kendaraannya ditabrak oleh polisi.
Terkait hal ini, polisi mengimbau warga Selandia Baru agar dapat tinggal dirumah, untuk sementara tidak memasuki masjid di negara tersebut guna menghindari adanya serangan lanjutan. (Albert Batlayeri)
Paham ini terungkap dari tweet Wikileaks usai mengunggah manifesto online sebanyak 74 lembar yang berjudul "The Great Replacement" mengemukakan alasan mereka melakukan penyerangan.
Paham anti-agama ini merupakan cara pandang kelompok sekuler konservatif yang menilai orang lain sebagai ancaman merusak alam sekitar dan komunitas mereka dan harus diserang sebelum mereka yang dikalahkan.
"Dalam manifesto mereka terduga pembunuh mendeskripsikan dirinya sebagai seorang eko-fasis. Secara ideologi mirip dengan Sir Oswald Mosley dan terinspirasi dari manifesto Anders Brevik di Norwegia," tulis Wikileaks dalam tweet mereka.
Brenton Tarrant sendiri dalam manifestonya menyatakan bahwa dia bukan anti Islam, tapi dirinya seorang etno-nationalis seperti China dan warga Eropa yang ingin mempertahankan tradisi dan budayanya dari ancaman imigran. Hal ini diungkapkan sebab dia ingin melindungi daerahnya dari serangan migran ke Australia dan Selandia Baru yang semakin meningkat.
"Muslim yang tinggal di negara saya tidak saya benci, tapi saya benci mereka (migran) yang mengambil tanah dan menginvasi lahan, serta mencoba mengganti kami. Saya tidak membenci orang asing sebab saya sering keluar negeri," ujar dia.
Sementara alasannya menyerang masjid di Selandia Baru karena daerah itu merupakan lokasi tepat untuk mendeklarasikan aksi terornya itu, setelah dirinya menemukan adanya alih fungsi gedung gereja menjadi masjid yang dinilai sebagai 'invasi kepada budaya barat'.
"Serangan di Selandia Baru dapat memberikan perhatian dari seluruh dunia tentang adanya serangan peradaban didaerah itu. Sebab tidak ada tempat didunia ini yang aman dari serangan imigran. Saya berencana menyerang masjid di Christchurch dan Linwood setelah melihat gereja yang diubah menjadi masjid di Ashburton," ujar dia.
Atas alasan itu ia kemudian melakukan serangan ke 3 masjid diantarnaya Christchurch, Linwood dan terakhir di Ashburton.
40 Tewas, 20 Terluka
Akibat dari serangan ini sekitar 40 orang menjadi korban serangan. 20 lebih orang dilaporkan terluka parah.
"30 korban meninggal di Masjid Al Noor di pusat kota Christchurch. Tujuh lainnya meninggal di dalam Masjid Linwood, tiga lainnya meninggal dihalaman masjid," ujar Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dalam konferensi persnya.
Ia menyatakan pihak keamanan masih melakukan pengembangan dari peristiwa ini dan berharap agar semua pihak dapat bekerja sama menghadapi peristiwa memilukan ini.
"Saya berharap kita semua dapat bekerja sama di hari-hari kelam di New Zealand ini," harap dia.
Sebelumnya Kepolisian Selandia Baru menyatakan telah menangkap 4 orang terduga pelaku, 3 pria dan 1 wanita. Mereka diduga telah melakukan penyerangan mematikan Masjid Al Noor di Hagley Park dan Masjid Linwood.
Beberapa bahan peledak juga ditemukan pada kendaraan di jalan Deans dan jalan Strickland, Kota Christchurch usai penembakan yang membunuh hampir 50 orang itu.
Polisi menyatakan ada kemungkinan penyerangan ini dilakukan oleh lebih dari empat orang yang menyerang secara bersamaan. Sekitar 27 orang dilaporkan meninggal dunia akibat terror di dua rumah ibadah tersebut.
"Kami belum bisa pastikan para pelaku lainnya, setelah kami menangkap empat orang pelaku ini," ujar kepala kepolisian Selandia Baru, Mike Bush kepada AP.
Pasca penyerangan polisi menangkap Tarrant yang akan melarikan diri. Ia ditangkap setelah kendaraannya ditabrak oleh polisi.
Terkait hal ini, polisi mengimbau warga Selandia Baru agar dapat tinggal dirumah, untuk sementara tidak memasuki masjid di negara tersebut guna menghindari adanya serangan lanjutan. (Albert Batlayeri)