Joko Widodo Ungkap Suplai Jagung Lokal Semakin Meningkat
Pada
Friday, March 1, 2019
Edit
KWANDANG, LELEMUKU.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, bahwa kita patut bersyukur karena pada 4 (empat) tahun lalu kita impor jagung sebanyak 3,5 juta ton, sekarang ini kita impor hanya kecil sekali di 2018 kemarin 180.000 ton.
“Kecil sekali karena sudah bisa disuplai dari produksi para petani jagung,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada panen raya jagung, di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3) siang.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi yang dalam kesempatan itu didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para petani jagung karena Indonesia kini tidak tergantung lagi kepada jagung jagung impor dari luar negeri. Dulu impor kita 3,5 juta ton dari dalam negeri yaitu produksi jagung. Sekarang sudah tidak, disuplai hampir semuanya dari dalam negeri.
Sebelumnya Presiden Jokowi mengatakan, pemerintah ingin produksi jagung semakin banyak tapi juga ingin membuat harga itu jangan sampai drop turun. Oleh sebab itu, ia setuju gagasan Gubernur Gorontalo agar kalau ada kelebihan produksi itu jangan semuanya masuk ke pasar di dalam negeri tapi juga ada sebagian yang harus kita ekspor.
“Untuk apa? Agar harga ini stabil pada posisi yang baik dan menguntungkan. Kalau produksinya semakin banyak dan kita tidak bisa menjualnya ke luar, harganya akan jatuh, rata-rata seperti itu,” kata Presiden.
Ia menunjuk contoh tanaman cabai, saat harga tinggi semua petani menanam cabai, begitu panen membludak produksinya, harganya jatuh. Jatuh bareng-bareng, rugi bareng-bareng.
“Ini yang harus kita jaga karena kalau harga tinggi misalnya cabai harga tinggi ibu-ibu pasti semuanya mengeluh harga tinggi. Tetapi kalau harga jatuh, murah, petaninya yang teriak-teriak,” ujar Presiden.
Presiden menegaskan, pemerintah menjaga ini tidak gampang, termasuk jagung. Ia ingat 2014 akhir, harga jagung saat itu dirinya ke Dompu di NTB untuk panen jagung di sana. Banyak petani marah-marah karena harga jagung saat itu Rp1.400-Rp1.600. Akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres), sehingga harga terdongkrak menjadi di atas Rp2.700 saat itu.
“Tapi juga sekali lagi kalau suplainya selalu banyak dan kita tidak bisa membuang sebagian produksi itu keluar harga bisa jatuh lagi,” ucap Presiden mengingatkan.
Menurut Presiden, sulitnya mengendalikan harga jagung karena yang berproduksi itu tidak hanya di Gorontalo, ada di Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur, ada di Jawa Tengah, ada di Jawa Barat, ada di Sumatera, semuanya nanam jagung.
Yang paling penting, menurut Presiden, per hektarnya ini yang produksinya harus tambah. Kalau sekarang per hektar 8 – 9 ton, ya bisa dinaikkan lagi menjadi 10 ton.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie. (Setkab)
“Kecil sekali karena sudah bisa disuplai dari produksi para petani jagung,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada panen raya jagung, di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3) siang.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi yang dalam kesempatan itu didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para petani jagung karena Indonesia kini tidak tergantung lagi kepada jagung jagung impor dari luar negeri. Dulu impor kita 3,5 juta ton dari dalam negeri yaitu produksi jagung. Sekarang sudah tidak, disuplai hampir semuanya dari dalam negeri.
Sebelumnya Presiden Jokowi mengatakan, pemerintah ingin produksi jagung semakin banyak tapi juga ingin membuat harga itu jangan sampai drop turun. Oleh sebab itu, ia setuju gagasan Gubernur Gorontalo agar kalau ada kelebihan produksi itu jangan semuanya masuk ke pasar di dalam negeri tapi juga ada sebagian yang harus kita ekspor.
“Untuk apa? Agar harga ini stabil pada posisi yang baik dan menguntungkan. Kalau produksinya semakin banyak dan kita tidak bisa menjualnya ke luar, harganya akan jatuh, rata-rata seperti itu,” kata Presiden.
Ia menunjuk contoh tanaman cabai, saat harga tinggi semua petani menanam cabai, begitu panen membludak produksinya, harganya jatuh. Jatuh bareng-bareng, rugi bareng-bareng.
“Ini yang harus kita jaga karena kalau harga tinggi misalnya cabai harga tinggi ibu-ibu pasti semuanya mengeluh harga tinggi. Tetapi kalau harga jatuh, murah, petaninya yang teriak-teriak,” ujar Presiden.
Presiden menegaskan, pemerintah menjaga ini tidak gampang, termasuk jagung. Ia ingat 2014 akhir, harga jagung saat itu dirinya ke Dompu di NTB untuk panen jagung di sana. Banyak petani marah-marah karena harga jagung saat itu Rp1.400-Rp1.600. Akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres), sehingga harga terdongkrak menjadi di atas Rp2.700 saat itu.
“Tapi juga sekali lagi kalau suplainya selalu banyak dan kita tidak bisa membuang sebagian produksi itu keluar harga bisa jatuh lagi,” ucap Presiden mengingatkan.
Menurut Presiden, sulitnya mengendalikan harga jagung karena yang berproduksi itu tidak hanya di Gorontalo, ada di Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur, ada di Jawa Tengah, ada di Jawa Barat, ada di Sumatera, semuanya nanam jagung.
Yang paling penting, menurut Presiden, per hektarnya ini yang produksinya harus tambah. Kalau sekarang per hektar 8 – 9 ton, ya bisa dinaikkan lagi menjadi 10 ton.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie. (Setkab)