Kotak Hitam Pesawat Ethiopia Naas Ditemukan di Addis Ababa
Pada
Tuesday, March 12, 2019
Edit
ADDIS ABABA, LELEMUKU.COM - Ethiopian Airlines mengatakan tim pencari telah menemukan kedua perekam penerbangan pesawat yang jatuh pada hari Minggu (11/3), menewaskan 157 orang di dalamnya. Ethiopia berkabung sehari untuk mengenang mereka yang meninggal setelah pesawat Boeing 737 MAX-8, yang sedang menuju ibukota Kenya, Nairobi, jatuh hanya enam menit setelah lepas landas dari Addis Ababa.
Sedikitnya 20 penumpang Ethiopian Airlines yang jatuh itu dalam perjalanan ke pertemuan tahunan Program Lingkungan PBB (UNEP) di kantor pusat globalnya di Nairobi. Bendera AS berkibar setengah tiang ketika para delegasi tiba di pertemuan hari Senin itu.
Para hadirin hening sejenak pada awal pertemuan di Nairobi dan pada pembukaan pertemuan Majelis Umum PBB di New York.
"Tragedi global telah menghantam kita dan PBB bersatu dalam kesedihan. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan orang-orang terkasih dari semua korban, kepada pemerintah dan rakyat Ethiopia, dan semua yang terimbas bencana ini," kata Sekretaris Jenderal Antonio Guterres di New York.
Dalam sebuah pernyataan Minggu (10/3) malam Boeing mengatakan,"Tim teknis Boeing akan melakukan perjalanan ke lokasi kecelakaan untuk memberikan bantuan teknis di bawah arahan Biro Investigasi Kecelakaan Ethiopia dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS."
Pilot pesawat telah diberi izin untuk kembali ke bandara setelah mengalami beberapa kesulitan, kata Tewolde GebreMariam, kepala Ethiopian Airlines.
CEO Ethiopian Airlines itu mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan apa pun sebagai penyebab kecelakaan hari Minggu tersebut.
"Ethiopian Airlines adalah salah satu maskapai teraman di dunia," kata GebreMariam kepada wartawan ketika mengunjungi lokasi kecelakaan.
Dia berdiri di dalam lubang di mana pesawat itu jatuh dengan tanah di sekitarnya penuh dengan puing pesawat dan kantong mayat.
Ethiopian Airlines mengandangkan armada pesawat Boeing 737-Max 8 miliknya, setelah kecelakaan maut itu.
China, Indonesia, dan Kepulauan Cayman telah menghentikan sementara operasi pesawat Boeing 737-Max 8 mereka.
Boeing 737-MAX 8 adalah jet baru, dikirim ke maskapai itu November lalu, menurut Planespotters, database penerbangan sipil.
Flightradar24, yang melacak pesawat secara real-time, mengunggah pesan Twitter bahwa "kecepatan vertikal" pesawat Ethiopia itu "tidak stabil setelah lepas landas."
Boeing 737-MAX 8 adalah model yang sama dengan pesawat Lion Air yang lepas landas Oktober lalu dari Jakarta dan jatuh di Laut Jawa beberapa menit kemudian, menewaskan 189 orang di dalamnya.
Tim penyelidik Komite Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia mengeluarkan laporan awal tentang bencana itu pada bulan November.
Laporan itu didasarkan pada informasi dari perekam data penerbangan, dan mengatakan sistem keselamatan otomatis pesawat berulang kali membuat hidung pesawat menukik tajam meskipun pilot berusaha keras untuk mengendalikannya.
Mereka yakin sistem otomatis yang mencegah pesawat berhenti jika terbang terlalu tinggi pada jet penumpang legendaris versi baru Boeing itu menerima informasi yang salah dari sensor pada badan pesawat.
Pesawat itu mengalami masalah yang sama dalam penerbangan dari Bali ke Jakarta pada malam sebelum kecelakaan fatal tersebut. Para penyelidik mengatakan pesawat itu sudah tidak layak terbang setelah penerbangan dari Bali.
Boeing berencana memperkenalkan pesawat berbadan lebar 777x terbaru pada hari Rabu di Seattle, tetapi telah membatalkan debutnya itu dan sebagai gantinya berfokus pada upaya "mendukung" Ethiopian Airlines, menurut kantor berita Reuters. (VOA)
Sedikitnya 20 penumpang Ethiopian Airlines yang jatuh itu dalam perjalanan ke pertemuan tahunan Program Lingkungan PBB (UNEP) di kantor pusat globalnya di Nairobi. Bendera AS berkibar setengah tiang ketika para delegasi tiba di pertemuan hari Senin itu.
Para hadirin hening sejenak pada awal pertemuan di Nairobi dan pada pembukaan pertemuan Majelis Umum PBB di New York.
"Tragedi global telah menghantam kita dan PBB bersatu dalam kesedihan. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan orang-orang terkasih dari semua korban, kepada pemerintah dan rakyat Ethiopia, dan semua yang terimbas bencana ini," kata Sekretaris Jenderal Antonio Guterres di New York.
Dalam sebuah pernyataan Minggu (10/3) malam Boeing mengatakan,"Tim teknis Boeing akan melakukan perjalanan ke lokasi kecelakaan untuk memberikan bantuan teknis di bawah arahan Biro Investigasi Kecelakaan Ethiopia dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS."
Pilot pesawat telah diberi izin untuk kembali ke bandara setelah mengalami beberapa kesulitan, kata Tewolde GebreMariam, kepala Ethiopian Airlines.
CEO Ethiopian Airlines itu mengatakan dia tidak bisa mengesampingkan apa pun sebagai penyebab kecelakaan hari Minggu tersebut.
"Ethiopian Airlines adalah salah satu maskapai teraman di dunia," kata GebreMariam kepada wartawan ketika mengunjungi lokasi kecelakaan.
Dia berdiri di dalam lubang di mana pesawat itu jatuh dengan tanah di sekitarnya penuh dengan puing pesawat dan kantong mayat.
Ethiopian Airlines mengandangkan armada pesawat Boeing 737-Max 8 miliknya, setelah kecelakaan maut itu.
China, Indonesia, dan Kepulauan Cayman telah menghentikan sementara operasi pesawat Boeing 737-Max 8 mereka.
Boeing 737-MAX 8 adalah jet baru, dikirim ke maskapai itu November lalu, menurut Planespotters, database penerbangan sipil.
Flightradar24, yang melacak pesawat secara real-time, mengunggah pesan Twitter bahwa "kecepatan vertikal" pesawat Ethiopia itu "tidak stabil setelah lepas landas."
Boeing 737-MAX 8 adalah model yang sama dengan pesawat Lion Air yang lepas landas Oktober lalu dari Jakarta dan jatuh di Laut Jawa beberapa menit kemudian, menewaskan 189 orang di dalamnya.
Tim penyelidik Komite Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia mengeluarkan laporan awal tentang bencana itu pada bulan November.
Laporan itu didasarkan pada informasi dari perekam data penerbangan, dan mengatakan sistem keselamatan otomatis pesawat berulang kali membuat hidung pesawat menukik tajam meskipun pilot berusaha keras untuk mengendalikannya.
Mereka yakin sistem otomatis yang mencegah pesawat berhenti jika terbang terlalu tinggi pada jet penumpang legendaris versi baru Boeing itu menerima informasi yang salah dari sensor pada badan pesawat.
Pesawat itu mengalami masalah yang sama dalam penerbangan dari Bali ke Jakarta pada malam sebelum kecelakaan fatal tersebut. Para penyelidik mengatakan pesawat itu sudah tidak layak terbang setelah penerbangan dari Bali.
Boeing berencana memperkenalkan pesawat berbadan lebar 777x terbaru pada hari Rabu di Seattle, tetapi telah membatalkan debutnya itu dan sebagai gantinya berfokus pada upaya "mendukung" Ethiopian Airlines, menurut kantor berita Reuters. (VOA)