Lukisan Persiapan Gerilya dan Pemandangan di Kaliurang
Pada
Monday, April 22, 2019
Edit

Melalui R.M. Haryoto, Dullah kemudian mendapatkan pesanan sebuah lukisan yang bertema perjuangan kemerdekaan. Dalam rapat yang dilaksanakan SIM yang dipimpin oleh Sudjojono jenis lukisan seperti apa dan berapa ukurannya pun ditentukan. Sebagai seorang seniman Dullah tidak mau dikekang dengan aturan tersebut.
Pada saat Dullah telah menyelesaikan lukisannya, Sudjojono sangat terkejut karena lukisan tersebut menyimpang dari ukuran yang telah ditentukan. Perihal lukisan yang tidak sesuai dengan ukuran ini akhirnya disampaikan kepada Bung Karno. Keputusan final pun harus diambil dan pada akhirnya lukisan yang berukuran terlalu besar itu harus dipotong sekitar 1 meter.
Dullah tidak dapat mengelak dan harus mengalah atas keputusan itu walaupun ia masih tetap marah dan kesal. Perlahan lukisan itu pun akhirnya ia gunting. Matanya tidak dapat menahan rasa kecewanya dan ingin segera menutup potongan lukisan tersebut. Beberapa hari kemudian Dullah menyulap potongan lukisan itu dengan objek pemandangan alam yang kemudian diberi judul Pemandangan di Kaliurang atau Hutan di Gunung Merapi.
Lukisan Pemandangan di Kaliurang atau Hutan di Gunung Merapi ini kemudian ditampilkan dalam sebuah pameran bertajuk “Pameran Realisme Yogya” yang dilaksanakan oleh Kementerian Penerangan pada tahun 1949 dan dibuka oleh Menteri Penerangan Arnold Mononutu.
Selesai pameran, lukisan tersebut diserahkan kepada Bung Karno yang kemudian dipasang di ruang kerjanya. Lukisan ini pernah juga didisplai di Museum Gedung Joang 45, Jalan Menteng Raya No. 31 Jakarta. Saat ini lukisan persiapan gerilya terpasang di Istana Kepresidenan Bogor dan lukisan Pemandangan di Kaliurang dipasang di Istana Kepresidenan Jakarta.
Lukisan Persiapan Gerilya didedikasikan sebagai bentuk dokumentasi perjuangan yang sama sekali tidak menggambarkan adegan pertempuran di medan laga atau kontak senjata dengan penjajah. Lukisan ini menggambarkan sebuah persiapan untuk melaksanakan sebuah pertempuran.
Secara visual karya ini memiliki tingkat pengerjaan yang kompleks, nilai ide dan sejarahnya sangat tinggi. Penggarapan figur dikerjakan dengan sangat detail dan kuat dengan warna-warna yang begitu mengena yang sangat sesuai dengan karakter sosok para pejuang.
Beberapa figur yang nampak dalam lukisan ini antara lain seorang pejuang yang sedang melihat jam tangannya, ada yang sedang membersihkan senjata, ada yang memegang kotak amunisi, ada pula yang sedang melinting rokok, dan menenggak air dari kendi.
Dullah menggunakan sejumlah teman gerilyanya untuk dijadikan model lukisan ini. Mereka berasal dari Gunungkidul. Material untuk membuat lukisan ini masih sederhana, misalnya cat yang digunakan adalah cat kaleng untuk kayu. Perlu waktu empat bulan bagi Dullah untuk menyelesaikan lukisan ini, termasuk pembuatan sketsanya di kertas. Untuk pengerjaan lukisan ini, Dullah mendapatkan upah sebesar Rp. 1.750, 00, sebuah nilai yang tinggi pada waktu itu.
Lukisan Persiapan Gerilya pada tahun 1959 dipakai sebagai ilustrasi sampul buku Di Bawah Bendera Revolusi edisi I. Selanjutnya pada masa pemerintahan Orde baru, lukisan ini digunakan sebagai ilustrasi sampul buku 30 Tahun Indonesia Merdeka.
Sumber: Bung Karno Kolektor & Patron Seni Rupa Indonesia, Mikke Susanto.
Oleh : Dr. Kukuh Pamuji, S.Pd., M.Pd., M.Hum.
Widyaiswara Ahli Madya di Pusdiklat Kementerian Sekretariat Negara