Barnabas Orno Ulas Napak Tilas Bung Karno di Alusi Krawain
Pada
Saturday, November 16, 2019
Edit
ALUSI KRAWAIN, LELEMUKU.COM – Wakil Gubernur (Wagub) Maluku, Drs. Barnabas Nathaniel Orno yang didampingi istri, Ny. Beatrix S. Soumeru. S.Th., M.Si mengingatkan kembali sejarah napak tilas (perjalanan) Presiden Soekarno di Desa Alusi Krawain, Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada Kamis (14/11/2019).
Sejarah napak tilas proklamtor Republik Indonesia (RI) ini menjadi topik utama yang disampaikan Wagub Orno saat tampil menjadi keynote speaker atau pembicara utama dalam acara Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Rumah Pancasila Maluku.
Dialog yang diprakarsai oleh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Saumlaki ini bertemakan ‘Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya’ dengan sub tema ‘Melalui Semangat Hari Pahlawan Kita Pertegas Implementasi Nilai-Nilai Pancasila’.
Dalam paparannya Wagub mengingatkan kembali tentang ketokohan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno yang akrab disapa Bung Karno dengan mengutip catatan sejarah yang diulas dalam buku ‘Sewindu bersama Bung Karno’ karya Bambang Widjanarko.
Wagub menuturkan, dalam buku itu telah dikisahkan sikap Bung Karno yang keras, saat berkunjung ke Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dalam kunjungan itu, Bung Karno membicarakan hasil Konfrensi Meja Bundar.
Beliau, kata Wagub, menyampaikan keinginan untuk bertemu Presiden uni Soviet, Khrushchev. Khrushchev kala itu mengiyakan, namun dengan syarat Bung Karno tidak boleh menggunakan pesawat Vanan yaitu pesawat buatan Amerika dan harus menggunakan pesawat Uni Soviet.
Mendengar hal tersebut, lanjut Wagub, Bung Karno kemudian menolak dengan mengatakan, “Silahkan batalkan kunjungan saya, tapi saya tetap naik pesawat itu,” urai Wagub, mengisahkan ketegasan sang Proklamator RI itu.
Tak hanya itu, sambung Wagub, Bung Karno juga mengundang Khrushchev ke Indonesia untuk membahas bagaimana membantu Indonesia. Saat Bung Karno mengajak Khrushchev ke Bali dengan perjalanan melalui darat, Khrushchev melihat begitu banyak rumah-rumah rakyat yang kumuh, lalu Ia berkata kepada Bung Karno.
“Tuan Bung Karno, anda seorang pahlawan revolusioner. Anda berbicara tentang kesejahteraan rakyat, tapi kenapa rumah-rumah anda disini semua masih kumuh seperti ini?.
“Bung Karno lalu menjawa Anda (Khrushchev) juga seorang pahlawan revolusioner, tapi cara membangun bangsa kita itu berbeda. Anda membangun dari fisiknya, saya membangun dari persatuannya. Dan kalau saya mulai dari fisiknya, saya yakin Indonesia suatu saat akan bubar,” cerita Wagub mengingatkan kembali ketokohan seorang Bung Karno, kala itu.
Wagub mengungkapkan, sikap Bung Karno dalam kisah ini dapat diambil hikmahnya bahwa dengan menyatukan seluruh perbedaan melalui nilai-nilai kearifan budaya karena Pancasila, maka Indonesia akan tetap kokoh.
“Apa yang terjadi Uni Soviet menjadi terpenggal-penggal, bubar. Dan Indonesia masih sampai saat ini,” ungkap Wagub mengingatkan.
Untuk itu, urai Wagub, Indonesia yang memiliki kearifan lokal, sehingga dengan ratusan perbedaan bisa menyatukan rakyatnya. Meskipun terdapat perbedaan, bahasa, budaya dan adat istiadat.
“Jadi hari ini kita melakukan kembali napak tilas Bung Karno. Kenapa Bung Karno datang ke Saumlaki? Datang ke Tepa? dan kemana-mana, karena beliau ingin mempersatukan Indonesia dalam satu rumah yaitu Rumah Pancasila,” ucapnya.
Soal Blok Masela.
Wagub mengatakan, dengan adanya Blok Masela, kedepan akan ada banyak orang yang akan datang ke Tanimbar. “Semua suku bangsa akan ada disini, karena Blok Masela. Akan ada orang Jawa, MBD, Seram, Kalimantan. Ada Islam, Kristen, Hindu, Budha. Semua ada disini, sehingga ketika persatuan tidak kokoh disini, maka akan porak-poranda dan jika terbawa-bawa sampai keseharian dan pergaulan, ini akan menjadi tidak baik,” ungkap Wagub.
Berkaitan dengan Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Pembentukan Rumah Pancasila Maluku yang diselenggarakan, dirinya berharap akan menjadi momentum yang tepat untuk memperkokoh solidaritas dan membangun komitmen bersama guna mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati.
Usai menghadiri Acara Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Pembentukan Rumah Pancasila Maluku, Wagub meresmikan Rumah Pancasila Maluku yang berada tidak jauh dari balai Desa Alusi Krawai.
Sebagaimana diketahui, jejak sejarah pernah tercatat pada tanggal 4 November 1958, tepat jam 4 sore tiga buah kapal tiba di Saumlaki. KRI Pattimura, Pattiyunus dan Berlian menepih di Saumlaki.
Ketiga kapal ini berlayar hingga berada di depan kampung Alusi Krawain. Ada sebuah speed boat mulai menuju ke darat dengan sejumlah tentara yang dipimpin oleh Kolonel Pieters dari Ambon dan memerintahkan pasukannya agar berjaga mengilingi kampong Alusi Krawain.
Ketika melihat para tentara masyarakat desa sangat ketakutan dan berusaha berlari menghindarkan diri dari para tentara tersebut. Namun para tentara itu mengatakan, “Jangan lari tetapi secepatnya kalian pulang ke kampung karena Presiden Soekarno turun di desa kalian,”.
Saat itu, Mathias Adjas ditunjuk menjabat kepala desa Alusi Krawain sementara, karena Kepala Desa Yonas Atdjas dan perangkatnya diundang ke Kota Saumlaki untuk menjemput Bung Karno.
Mathias Adjas mengumumkan kepada masyarakat Desa Alusi Krawain bahwa sekarang ini juga mengalihkan langkah ke pantai karena Bapak Presiden datang mengunjungi desa ini.
Saat tiba di Alusi Krawan, Bung Karno disambut warga desa dengan berbondong-bondong ke pantai dan untuk menyambut Bung Karno. Saat Bung Karno menginjakan kaki di pantai, masyarakat menyambutnya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Puluhan ibu ikut larut dengan memegang tangan Bung Karno dan mengantar sang Proklamator duduk di sebuah kursi yang sudah disiapkan di bawah sebuah pohon besar nan rindang sambil menyanyikan lagu ‘Tanah Airku Indonesia’.
Kursi kenangan itu kini berada di sebuah rumah yang kini telah diresmikan Wagub Maluku, Barnabas Nathaniel Orno sebagai Rumah Pancasila Maluku.
“Saya dan istri datang disini untuk melaksanakan napak tilas perjalanan Presiden pertama RI Bapak Soekarno, pendiri bangsa ini,” ucap Orno.
Pada kesempatan itu, Wagub juga berpesan agar Rumah Pancasila yang telah dideklarasikan dan diresmikan ini, dapat digerakkan sebagai sebuah situs sejarah, untuk mendorong wisatawan datang ke Maluku khususnya Kepulauan Tabimbar.
Pada kesempatan itu hadir pula, Sekretaris Daerah (Sekda) Tanimbar Piterson Rangkoratat, SH, Danlanal Saumlaki Letkol Laut (P) Hartanto,M.Tr.Hanla dan mewakili Dandim 1507/Saumlaki Rahmad Saerodin, asiops Kodim 1507 Saumlaki Lettu Inf. Deny Wakim. (HumasMaluku)
Sejarah napak tilas proklamtor Republik Indonesia (RI) ini menjadi topik utama yang disampaikan Wagub Orno saat tampil menjadi keynote speaker atau pembicara utama dalam acara Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Rumah Pancasila Maluku.
Dialog yang diprakarsai oleh Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Saumlaki ini bertemakan ‘Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya’ dengan sub tema ‘Melalui Semangat Hari Pahlawan Kita Pertegas Implementasi Nilai-Nilai Pancasila’.
Dalam paparannya Wagub mengingatkan kembali tentang ketokohan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno yang akrab disapa Bung Karno dengan mengutip catatan sejarah yang diulas dalam buku ‘Sewindu bersama Bung Karno’ karya Bambang Widjanarko.
Wagub menuturkan, dalam buku itu telah dikisahkan sikap Bung Karno yang keras, saat berkunjung ke Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dalam kunjungan itu, Bung Karno membicarakan hasil Konfrensi Meja Bundar.
Beliau, kata Wagub, menyampaikan keinginan untuk bertemu Presiden uni Soviet, Khrushchev. Khrushchev kala itu mengiyakan, namun dengan syarat Bung Karno tidak boleh menggunakan pesawat Vanan yaitu pesawat buatan Amerika dan harus menggunakan pesawat Uni Soviet.
Mendengar hal tersebut, lanjut Wagub, Bung Karno kemudian menolak dengan mengatakan, “Silahkan batalkan kunjungan saya, tapi saya tetap naik pesawat itu,” urai Wagub, mengisahkan ketegasan sang Proklamator RI itu.
Tak hanya itu, sambung Wagub, Bung Karno juga mengundang Khrushchev ke Indonesia untuk membahas bagaimana membantu Indonesia. Saat Bung Karno mengajak Khrushchev ke Bali dengan perjalanan melalui darat, Khrushchev melihat begitu banyak rumah-rumah rakyat yang kumuh, lalu Ia berkata kepada Bung Karno.
“Tuan Bung Karno, anda seorang pahlawan revolusioner. Anda berbicara tentang kesejahteraan rakyat, tapi kenapa rumah-rumah anda disini semua masih kumuh seperti ini?.
“Bung Karno lalu menjawa Anda (Khrushchev) juga seorang pahlawan revolusioner, tapi cara membangun bangsa kita itu berbeda. Anda membangun dari fisiknya, saya membangun dari persatuannya. Dan kalau saya mulai dari fisiknya, saya yakin Indonesia suatu saat akan bubar,” cerita Wagub mengingatkan kembali ketokohan seorang Bung Karno, kala itu.
Wagub mengungkapkan, sikap Bung Karno dalam kisah ini dapat diambil hikmahnya bahwa dengan menyatukan seluruh perbedaan melalui nilai-nilai kearifan budaya karena Pancasila, maka Indonesia akan tetap kokoh.
“Apa yang terjadi Uni Soviet menjadi terpenggal-penggal, bubar. Dan Indonesia masih sampai saat ini,” ungkap Wagub mengingatkan.
Untuk itu, urai Wagub, Indonesia yang memiliki kearifan lokal, sehingga dengan ratusan perbedaan bisa menyatukan rakyatnya. Meskipun terdapat perbedaan, bahasa, budaya dan adat istiadat.
“Jadi hari ini kita melakukan kembali napak tilas Bung Karno. Kenapa Bung Karno datang ke Saumlaki? Datang ke Tepa? dan kemana-mana, karena beliau ingin mempersatukan Indonesia dalam satu rumah yaitu Rumah Pancasila,” ucapnya.
Soal Blok Masela.
Wagub mengatakan, dengan adanya Blok Masela, kedepan akan ada banyak orang yang akan datang ke Tanimbar. “Semua suku bangsa akan ada disini, karena Blok Masela. Akan ada orang Jawa, MBD, Seram, Kalimantan. Ada Islam, Kristen, Hindu, Budha. Semua ada disini, sehingga ketika persatuan tidak kokoh disini, maka akan porak-poranda dan jika terbawa-bawa sampai keseharian dan pergaulan, ini akan menjadi tidak baik,” ungkap Wagub.
Berkaitan dengan Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Pembentukan Rumah Pancasila Maluku yang diselenggarakan, dirinya berharap akan menjadi momentum yang tepat untuk memperkokoh solidaritas dan membangun komitmen bersama guna mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati.
Usai menghadiri Acara Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Pembentukan Rumah Pancasila Maluku, Wagub meresmikan Rumah Pancasila Maluku yang berada tidak jauh dari balai Desa Alusi Krawai.
Sebagaimana diketahui, jejak sejarah pernah tercatat pada tanggal 4 November 1958, tepat jam 4 sore tiga buah kapal tiba di Saumlaki. KRI Pattimura, Pattiyunus dan Berlian menepih di Saumlaki.
Ketiga kapal ini berlayar hingga berada di depan kampung Alusi Krawain. Ada sebuah speed boat mulai menuju ke darat dengan sejumlah tentara yang dipimpin oleh Kolonel Pieters dari Ambon dan memerintahkan pasukannya agar berjaga mengilingi kampong Alusi Krawain.
Ketika melihat para tentara masyarakat desa sangat ketakutan dan berusaha berlari menghindarkan diri dari para tentara tersebut. Namun para tentara itu mengatakan, “Jangan lari tetapi secepatnya kalian pulang ke kampung karena Presiden Soekarno turun di desa kalian,”.
Saat itu, Mathias Adjas ditunjuk menjabat kepala desa Alusi Krawain sementara, karena Kepala Desa Yonas Atdjas dan perangkatnya diundang ke Kota Saumlaki untuk menjemput Bung Karno.
Mathias Adjas mengumumkan kepada masyarakat Desa Alusi Krawain bahwa sekarang ini juga mengalihkan langkah ke pantai karena Bapak Presiden datang mengunjungi desa ini.
Saat tiba di Alusi Krawan, Bung Karno disambut warga desa dengan berbondong-bondong ke pantai dan untuk menyambut Bung Karno. Saat Bung Karno menginjakan kaki di pantai, masyarakat menyambutnya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Puluhan ibu ikut larut dengan memegang tangan Bung Karno dan mengantar sang Proklamator duduk di sebuah kursi yang sudah disiapkan di bawah sebuah pohon besar nan rindang sambil menyanyikan lagu ‘Tanah Airku Indonesia’.
Kursi kenangan itu kini berada di sebuah rumah yang kini telah diresmikan Wagub Maluku, Barnabas Nathaniel Orno sebagai Rumah Pancasila Maluku.
“Saya dan istri datang disini untuk melaksanakan napak tilas perjalanan Presiden pertama RI Bapak Soekarno, pendiri bangsa ini,” ucap Orno.
Pada kesempatan itu, Wagub juga berpesan agar Rumah Pancasila yang telah dideklarasikan dan diresmikan ini, dapat digerakkan sebagai sebuah situs sejarah, untuk mendorong wisatawan datang ke Maluku khususnya Kepulauan Tabimbar.
Pada kesempatan itu hadir pula, Sekretaris Daerah (Sekda) Tanimbar Piterson Rangkoratat, SH, Danlanal Saumlaki Letkol Laut (P) Hartanto,M.Tr.Hanla dan mewakili Dandim 1507/Saumlaki Rahmad Saerodin, asiops Kodim 1507 Saumlaki Lettu Inf. Deny Wakim. (HumasMaluku)