Paradigma Baru Pembelajaran di Daerah Terpencil
Pada
Sunday, April 17, 2022
Edit
Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar yang dilaksanakan di SMP Negeri 34 Maluku Tengah, Provinsi Maluku, sejak 2021 menjadi salah satu fase perubahan pembelajaran bagi guru dan siswa. Pada awalnya para guru ragu karena belum memahami ruh Merdeka Belajar yang diujicobakan melalui Program Sekolah Penggerak ini. Mereka menganggap arti Merdeka Belajar hanyalah slogan yang akan membebaskan guru dan murid dari pembelajaran. Namun, setelah mereka dibekali berbagai in house training di sekolah, barulah para guru memahami betapa berartinya program Merdeka Belajar. Kurikulum Sekolah Penggerak tersebut kemudian berubah istilahnya menjadi Kurikulum Paradigma Baru atau Kurikulum Merdeka Belajar.
Apa paradigma barunya? Kurikulum operasional sekolah dikembangkan berdasarkan kerangka dan struktur kurikulum sesuai karakteristik satuan pendidikan. Untuk jenjang SMA, siswa tidak lagi langsung dikelompokkan ke dalam jurusan. Siswa Kelas X diberikan kesempatan untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya. Mereka bisa menentukan apa yang akan diminati dengan jurusannya. Prosesnya pada Kelas X, sekolah melakukan pembelajaran dengan semua mata pelajaran sebagai mata pelajaran umum. Kemudian pada Kelas XI siswa diarahkan untuk memilih minat dan bakat mereka. Sehingga siswa diberikan kebebasan untuk memilih jurusan IPA, IPS, atau Bahasa
Sedangkan Kurikulum Paradigma Baru untuk tingkat SMP, salah satu mata pelajaran yang tadinya tidak ada menjadi mata pelajaran wajib, yaitu Informatika. Di jenjang SD yang tadinya dalam bentuk tema, murid dibebaskan memilih menjadi mata pelajaran berdasarkan kebutuhan dan kesediaan guru di sekolahnya: paling spesifik mata pelajaran IPA, IPS digabungkan menjadi IPAS.
Dalam menghadapi tantangan perubahan mindset (pola pikir) para guru, kami terus menyemangati dan mendampingi mereka untuk mengambil bagian dalam Dewan Komite Pembelajaran (DKP) yang mengawal Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak. Para guru didampingi secara perorangan saat pembuatan Modul Ajar yang diturunkan dari Capaian Pembelajaran menjadi Tujuan Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran. Sehingga dengan cara ini akan terbentuk Modul Ajar sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid. Maksudnya adalah pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning, yang pada akhirnya akan menuju pada penguatan enam dimensi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Enam dimensi tersebut adalah: Beriman dan Bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, Berkebinekaan Global, Bergotong-royong, Mandiri, Kreatif, dan Bernalar Kritis
Di sekolah kami, SMP Negeri 34 Maluku Tengah, Kecamatan Banda, pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dirangkai dalam Pekan Profil Pelajar Pancasila dengan sejumlah tema berikut ini.
1. Suara Demokratis
Pelaksanaan pemilihan Ketua OSIS yang bermula dari penjaringan calon sampai dengan pemilihan, prosesnya kami modifikasi dengan cara bekerja sama dengan pemerintahan desa terdekat. Siswa diajak datang ke salah satu kantor desa untuk menanyakan langsung bagaimana proses pemilihan pimpinan pemerintahan tingkat desa (kepala desa). Mereka wawancara dengan kepala pemerintah desa untuk mengetahui secara langsung proses pemilihan dan bagaimana administrasinya. Para guru hanya memantau dan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya dan menggali sebanyak-banyaknya proses pemilihan kepala pemerintahan desa.
Setelah wawancara selesai, pihak pemerintahan desa diajak refleksi atas hasil kerja siswa dan didampingi para guru. Proses pembelajaran ini dibuat berkelompok dan dikemas dalam bentuk game yang asyik. Siswa dalam permainan tersebut juga sekaligus melakukan evaluasi terhadap kegiatan mereka. Cara ini sangat menyenangkan, di mana murid belajar mengetahui mekanisme pemilihan pimpinan desa sambil bermain. Mereka dengan sendirinya akan membandingkan apa perbedaan dan persamaan dengan pemilihan Ketua OSIS di sekolahnya.
2. Hidup Sehat
Permainan dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dapat diterapkan dalam pembelajaran hidup sehat. Kegiatan ini diharapkan siswa memiliki karakter yang mencerminkan hidup secara gotong-royong, beriman dan bertakwa,, bernalar kritis, mandiri, serta berkebinekaan global di era milenium ini.
Model permainannya, siswa dibagi dalam kelompok yang dipimpin oleh guru. Setiap kelompok terdiri dari 8 – 10 anak. Tugas mereka membersihkan lingkungan sekolah terutama keberadaan sampah plastik. Dalam kegiatan ini kami melibatkan Komunitas Peduli Sampah Plastik. Proses pembelajarannya mulai dari pembuatan bank sampah hingga siswa diajak melihat langsung daur ulang sampah dijadikan minyak untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Kegiatan ini tentu saja tidak di ruang kelas, melainkan terjun ke lapangan yaitu tempat akhir pembuangan sampah.
Manfaat yang diperoleh siswa, selain tertanam kepedulian tidak membuang sampah sembarangan juga bisa berinteraksi dengan aktivis Komunitas Peduli Sampah Plastik. Komunitas tidak hanya mengajak siswa membersihkan sampah di lingkungan sekolah, tapi memperlihatkan kepedulian mereka lebih luas, yaitu sampah plastik yang berceceran di tengah kota dan sampah-sampah yang mencemari pantai. Siswa ikut memungutinya, mengumpulkan, memisahkan dan selanjutnya dibawa ke proses daur ulang.
Aktivitas ini menjadikan siswa mendapat pengetahuan dan pengalaman bagaimana proses pemisahan sampah organik dan non-organik. Kemudian mereka mengetahui persis bagaimana proses pemisahan dan pembuatan sampah plastik menjadi minyak. Pembelajaran ini sungguh menggembirakan. Pengalaman siswa terlibat dalam program peduli lingkungan diapresiasi dengan pemberian Kartu Bank Sampah. Melalui kartu ini, siswa setiap saat bisa mengumpulkan sampah plastik untuk ditukarkan dengan uang atau barang untuk kebutuhan sekolah.
3. Cerlang Budaya
Kegiatan ini bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengeksplorasi minat dan bakat khususnya pada bidang pariwisata. Hal ini menjadi obyek pembelajaran karena Kecamatan Banda merupakan daerah tujuan wisata dunia. Banyak peninggalan sejarah kolonial seperti benteng: Benteng Belgica dan Benteng Nassau. Kemudian rumah pengasingan Bung Hatta, Dr. Tjipto Mangunkusumo, Dr. Sjahrir, dan Istana Banda, yang tak lain bekas Kantor Gubernur Jenderal VOC. Obyek wisata lainnya yaitu eloknya biota laut dan keberadaan hutan akan keragaman flora dan fauna. Melalui kegiatan ini siswa mendapat pengalaman belajar sejarah dan memelihara kekayaan alam.
Itulah Proyek Profil Pelajar Pancasila yang memang betul-betul untuk peningkatan karakter siswa dalam proses pembelajaran sepanjang hayat. Dalam Proses pembelajaran juga para Dewan Komite Pembelajaran (DKP) selalu melakukan asesmen diagnostik non-kognitif untuk memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan mereka, yaitu minat dan profil belajar sebelum proses pembelajaran. Peran guru dalam Kurikulum Paradigma Baru ini betul-betul sebagai mentor dan fasilitator.
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh DKP, bukan saja di dalam kelas tapi disesuaikan dengan kemauan siswa. Hari itu mau belajar apa, di mana, di luar atau di dalam kelas? Siswa benar-benar diberikan kebebasan untuk memilih gaya belajar sesuai yang mereka inginkan. Dalam Program Sekolah Penggerak, kami mendapati siswa sangat antusias memilih pembelajaran di luar kelas.
Pelaksanaan asesmen pada akhir semester di sekolah kami, tidak lagi menggunakan kegiatan yang berbasis kertas atau Computer Based Test (CBT), quizizz (sistem untuk membuat permainan kuis interaktif dalam pembelajaran kelas), tapi menggelar kegiatan dengan aksi nyata. Di antaranya Pekan Gelar Karya Siswa. Dalam acara ini siswa diberikan kebebasan oleh guru mata pelajaran untuk mengembangkan dan mengeksplorasi kemampuan siswa.
Murid bisa memilih tema yang mereka kuasai untuk dijadikan sebagai karya nyata. Misalnya membuat konten video, karya gambar, lukisan, puisi, berpidato, menyanyi, dan lainnya sesuai bakat masing-masing. Semuanya mereka lakukan dengan senang dan pada akhirnya hasil karya mereka dikoleksi di perpustakaan sekolah. Selain untuk diperlihatkan kepada orang lain, juga menjadi perbendaharaan perpustakaan, dan sebagai motivasi sesama siswa.
Nurdin Achmad
Kepala Sekolah SMP Negeri 34 Maluku Tengah